Jakarta, oh, Jakarta!

Jakarta itu keras. Ya, hidup di Jakarta memang sering dibilang keras. Namun, ternyata yang keras itu tidak hanya hidupnya, tetapi juga ucapannya, tindakannya, sifatnya…

Banyak “setan” alias godaan di semua tempat. Namun, salah satu “setan” berbahaya di Jakarta adalah di jalanan. Sepele. Godaan itu bernama godaan hawa nafsu. Emosi.

Masalah paling kecil sebut saja kemacetan. Jarak yang seharusnya bisa ditempuh selama lima belas menit, di Jakarta ini bisa menjadi tiga puluh menit (berangkat kantor H-1 lebaran VS berangkat kantor hari biasa). Jarak yang semestinya mampu ditempuh selama lima menit, di Jakarta ini bisa saja berubah menjadi satu jam (berangkat kantor hari biasa VS berangkat kantor saat musim banjir). Wow banget, kan? Nah, untuk soal kemacetan yang satu ini, ujian terbesarnya adalah sabar dan tidak boleh mengeluh. Berat? Berat banget!

Namun, ternyata “setan” alias godaan di jalan raya itu bukan cuma masalah kemacetan ini saja. Masalah internal masing-masing pengguna jalan juga bisa menjadi “setan” tersendiri di jalan raya. Apalagi jika ditambah macet! Pengendara atau penumpang yang sejak awal memang punya masalah sendiri, pasti akan semakin emosi menghadapi kemacetan. Nah lho, hari ini buktinya. Saya cukup menyebut si pengendara motor “aneh” tadi memang punya sedikit masalah pribadi dalam dirinya =_=

Hari ini seperti biasa, pulang kerja saya naik metromini untuk pulang ke kosan. Perjalanan aman dan damai itu (yang sebelumnya memang sempat mengesalkan karena supirnya kelamaan ngetem dan jalanan cukup padat), berubah menjadi tegang menjelang setengah perjalanan pulang. Saat itu metromini terpaksa mengambil jalur busway karena jalanan cukup penuh. Hmm sebenarnya memang ada larangan untuk tidak masuk jalur busway, sih, tapi kadang-kadang beberapa orang agak “memaklumi” kalau angkutan umum yang masuk jalur busway. Toh, sama-sama sarana transportasi umum. Salah satu alasan dibuatnya jalur busway, kan, untuk mengurangi kendaraan pribadi dan meningkatkan penggunaan transportasi umum (ngeles, wkwk). Lagi damai-damainya jalan lancar melewati barisan mobil-mobil pribadi itu, eh, tiba-tiba orang “aneh” itu muncul!

Tiba-tiba sebuah motor dari jalur biasa meliuk masuk ke jalur busway, tepat di sebelah metromini yang saya naiki, dan sempat meliuk-liuk nggak karuan! Supir yang kaget otomatis ikutan meliuk-liukkan setirnya, membuat metromini sempat meliuk ke kanan dan ke kiri secara kasar. Saat itu-lah pertahanan emosi si supir jebol. Dia sempat teriak dengan marah, “Dasar #$%@&! Kalau ketabrak gimana?!”

Melihat cara berkendara orang itu, waktu itu saya sendiri sempat berpikir dengan polosnya, Orang ini lagi mabok, apa, ya? Namun, secara mengejutkan tiba-tiba motor itu malah mengerem mendadak tepat di depan metromini yang saya naiki itu. Supir pun langsung refleks menginjak rem dalam-dalam. Astaga, ternyata orang ini benar-benar mabok”!

Dia marah-marah, menghampiri si supir, membuka paksa pintu, dan membentak-bentak si supir! Dilihat dari kata-katanya, sepertinya orang ini marah karena dikatain #$%@& sama si supir tadi. Awalnya si supir ikut emosi juga karena dia merasa benar, pengemudi motor itu-lah yang salah. Namun, si orang aneh itu justru semakin liar. Dia bahkan sempat membuka-tutup-buka-tutup pintu metromini dengan super keras! Beberapa penumpang sempat berteriak kaget saat itu. Syukur Alhamdulillah banget, supir metromini ini bisa menahan diri. Setelah sempat mengatakan, “Kalau tadi ketabrak gimana?! Nanti saya juga yang disalahin!”, supir itu akhirnya memilih diam saja mendengar ocehan orang aneh itu. Hampir semua penumpang berpihak kepada si supir. Beberapa dari mereka coba menenangkan si supir supaya sabar saja dan nggak perlu diladenin, sebagian lain malah sudah sampai tahap teriak-teriak ke kernet-nya biar mau bantu misahin mereka. Hmm kalau saya, sih, termasuk yang diam saja dan bengong menyaksikan kejadian menegangkan tersebut.

Setelah kejadian tadi, saya sempat berdoa supaya orang “aneh” pengendara motor tadi bisa sampai tujuan dengan selamat. Sungguh berbahaya cara dia menyetir tadi. Entah apakah dia memang benar-benar mabok, ataukah hanya mabok karena lagi ada masalah…?

Uniknya, kejadian seperti ini nggak cuma sekali, lho! Banyak kejadian perkelahian atau adu mulut antara para pengendara di Jakarta ini. Teman saya pernah cerita saat pertama kali wawancara kerja dan dia naik ojek, abang ojek itu hampir aja dipukulin oleh salah satu pengendara motor. Untung aja tuh abang ojek baik dan mau mengalah. Bahkan katanya mereka sempet mau melanjutkan berantem di kantor polisi, lho. Ampun, dah! Selain itu, waktu pulang kantor saya dan teman-teman juga sempat melihat kejadian serupa. Setelah sukses sama-sama menyebrang perempatan jalan besar, tiba-tiba terdengar bunyi decitan dan sesuatu yang jatuh, yang kemudian disusul teriakan dengan suara yang nyaring! Dua buah motor tampak tergeletak di tengah-tengah perempatan jalan itu, dan kedua pengemudinya terlihat sudah saling adu tinju! Bayangkan! Di tengah jalan! Di tengah jalan perempatan besar, pula! Seolah-olah rasa malu mereka lenyap begitu saja termakan emosi masing-masing.

Di lain waktu, beberapa hari baru-baru ini, saya juga pernah mengalami hal yang mirip. Saat berangkat kantor naik metromini, kasusnya hampir sama, metromini mau masuk ke jalur busway untuk menghindari kemacetan (kebetulan saat itu pak polisi sendiri yang mengarahkan ke jalur busway itu karena lalu lintas memang sedang sangat padat). Namun, tiba-tiba ada motor yang nyelonong begitu saja masuk di jalur busway yang sempit dan hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat itu. Ampun, dah, apa yang terjadi lebih klimaks lagi. Si pengendara motor itu dengan brutal malah menggebrak-gebrak badan metromini itu dengan keras, bak menggedor-gedor rumah tersangka yang siap dijebloskan ke penjara! Parahnya, saat itu saya kebetulan duduk di dekat jendela, tepat di balik badan metromini yang digebrak bapak itu! Ya ampun, saya jadi berasa yang kena marah dan kena pukul si bapak. Apalagi saat itu posisinya saya memang sedang bersandar ke jendela, jadi berasa banget pukulannya T_T Saat itu saya sempat terlonjak kaget, bahkan karena kejadian itu tepat terjadi menjelang saya turun, saya yang masih saja syok itu hampir saja keserempet motor saat turun dari metromini karena sempat nge-blank. Hiks, ibukota ini memang kejam T_T

Yang cukup mengherankan bagi saya, kenapa ya, orang-orang yang emosi itu malah orang-orang di luar supir? Yah, sebut saja supir angkot atau metromini, yang terbiasa hidup keras di terminal, mungkin sudah biasa dengan “kata-kata keras atau kasar” yang mereka keluarkan. Namun, para pengendara motor yang ada di atas, yang terlihat rapi dan cukup berpendidikan dari luar, mengapa dengan mudahnya tersulut emosi seperti itu? Katakanlah saat kita salah, kemudian kita dibentak supir angkutan umum dengan kata-kata kasar, bukankah akan lebih bijak jika kita diamkan begitu saja? Mengapa harus susah-susah diladenin dengan emosi yang menguras tenaga? Dari penampilannya, para pengendara motor tadi seperti orang berpendidikan, lho. Sepatutnya mereka justru lebih bijak dan sabar dalam menghadapi masalah tersebut.

Yah, hidup di Jakarta memang berat. Tingkat stres di sini cukup tinggi sehingga orang-orang jadi lebih mudah tersulut emosi. Meskipun demikian, pada dasarnya kejadian semacam ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tapi juga di tempat-tempat lain. Nah, salah satu penangkal emosi yang baik memang hanya dengan dzikir atau mengingat Allah. Hal-hal kecil seperti berdoa sebelum pergi, baca basmalah saat mau naik kendaraan, baca doa di dalam kendaraan, atau dzikir-dzikir kecil yang lain saat di perjalanan, insya Allah bisa banyak membantu. Semoga nggak akan ada kejadian menegangkan seperti ini lagi 🙂

estEtika

Author: estEtika

A secret makes a woman woman

Leave a comment